“Ah..kasar kali pertanyaanmu itu bah Pakpahan.masak kau
samakan kita sama “halak-halak”,terlaluuu kau bah........
Mungkin itu pernyataan pertama yang muncul,bila saya
menyampaikan judul diatas kepada kelompok kita.padahal tujuan saya sebenarnya
hanya untuk memastikan jawaban kita bersama(bukan
hanya anda,tapi saya juga juga ikut).
“Halak”(manusia)adalah mahluk tertinggi
derajatnya yang diciptakan Tuhan dibanding dengan mahluk lainnya di muka bumi
ini,ini tak terbantahkan oleh siapapun yang mengaku dia manusia.manusia
memiliki akal dan budi serta nalar untuk mengetahui mana yang baik dan yang
jahat,yang tahu kapan harus diam,kapan harus tak bisa diam atau bahkan harus
berontak membela diri,”Halak” mempunyai
otoritas sendiri atas tindakan dirinya tanpa harus tergantung kepada orang lain,yang
bisa mengambil keputusan terbaik atas dirinya sendiri dan masih banyak lagi
defenisi manusia yang tak mungkin bisa
dituliskan dilembaran kecil ini,sedangkan “Halak-Halak”(Orang-orangan),dia hanya bisa pasrah diam seribu bahasa,karena
dia tidak punya yang namanya jiwa,tidak punya nalar,tidak bisa bertindak
sendiri,meskipun burung pipit bertengger di kepalanya bahkan sampai membuang
kotorannya di lenganya,dia tidak bisa bertindak karena memang fungsinya hanya
untuk menakut-nakuti lawannya,syukur-syukur lawannya takut,jika tidak yaaa.....
hanya bisa pasrah,pendek kata tak ada mahluk sepasrah “Halak-Halak”...(hehehehe....pake istilah mahluk,,,,).Dia
tidak bisa bergerak sendiri untuk mengambil tindakan atas perlakuan yang
dideranya.Dia tidak punya inisiatif,tidak punya logika apalagi yang namanya
komitmen diri.
Trus apa hubunganya dengan kita(saya)?
Terkadang kita kehilangan “Halak”yang
sebenarnya,yang punya jiwa,yang bisa menhandle persoalan yang kita
hadapi.misalnya,ketika ada seseorang atau sekelompok orang yang menyakiti kita,kadang
kita meladeni kemauan orang tersebut untuk menyakiti mereka,pikir kita “kau pikir kau aja yang bisa?saya juga
bisa “nah disinilah letak kegagalan kita sebagai “Halak” yang tidak mau
disetir orang lain.atau contoh yang lain,bila kita seorang pegawai/karyawan di
pemerintah atau swasta ,melihat rekan sekerja kita malas-malas di tempat
kerja,apatis terhadap apa yang terjadi di lingkungan kerja kita,tak punya
disiplin kerja,egois hanya mementingkan dirinya sendiri,sering bolos tanpa
alasan yang jelas,kemudian kita berpikir”ah
ngapain kita disiplin,mereka aja ongkang-ongkang,padahal gaji sama koq”,kemudian
kita tertular penyakit malas dari mereka,kita ikut-ikut tak disiplin dalam
bekerja,itu pertanda bahwa kita tak lagi memegang kendali atas diri kita.kita
tidak punya komitmen lagi,tak bisa membedakan mana yang baik,mana yang
tidak,kita jadi“Halak-Halak” yang digerakkan/dipengaruhi orang lain.
Melihat teman sekerja yang saat jam kerja hanya otak-atik
smartphone dengan facebook-an,chatting atau apalah namanya,mereka serius dengan
topik pembicaraan yang tak terarah,ngerumpi tanpa batas waktu,namun
sayangnya.... meskipun demikian,ternyata nilai dirinya tak berkurang(menurut mereka),sedangkan kita terus
asik dengan tugas-tugas kantor,sekolah atau perusahaan kita yang dipercayakan
oleh atasan kita,siapa coba yang gak keberatan?
Namun,sebenarnya ketika kita diperhadapkan dengan kondisi
demikian,saatnya kita bersyukur bahwa kita tercipta sebagai “Halak”yang tau
mana yang pantas ,mana yang tidak untuk dikerjakan,kita bukan “Halak-Halak”yang hanya ikut arus,mudah
dihasut,didoktrin orang lain,kita tidak jadi diri kita sendiri,kita tidak punya
otoritas atas diri kita,kita tak bisa bertindak mengikuti suara hati kecil
kita.sebenarnya Tuhan mengijinkan kita untuk berkata “tidak”kepada hal-hal yang tak benar tadi,Tuhan memberi kita kekuasaan
untuk memutuskan,apakah kita ikut mereka yang malas-malasan,atau berani melawan
arus.,tapi sekali lagi karena kita saat itu berwujud“Halak-Halak”bukan”Halak” yang sebenarnya,maka itu tidak kita lakukan.kita ikut
sajalah......(nanti di bilang,pattak so bilak).....
”Halak” yang sebenarnya memiliki sikap yang
terpuji,dimanapun dan dalam situasi apapun,tidak mau model yang
ikut-ikutan,tapi bisa memutuskan yang terbaik dalam hidupnya,dan satu lagi yang
terpenting ”Halak”” yang sebenarnya
hidupnya ingin memberi mamfaat kepada orang sekitarnya,jadi saatnya kita
menjadi ”Halak” bukan”Halal-halak”...................salam
”Halak”
ronggos_awal juni 2018😇
No comments:
Post a Comment