Monday, 4 June 2018

Hita ”Halak” manang”Halak-Halak”?(4H)



“Ah..kasar kali pertanyaanmu itu bah Pakpahan.masak kau samakan kita sama “halak-halak”,terlaluuu kau bah........
Mungkin itu pernyataan pertama yang muncul,bila saya menyampaikan judul diatas kepada kelompok kita.padahal tujuan saya sebenarnya hanya untuk memastikan jawaban kita bersama(bukan hanya anda,tapi saya juga juga ikut).
“Halak”(manusia)adalah mahluk tertinggi derajatnya yang diciptakan Tuhan dibanding dengan mahluk lainnya di muka bumi ini,ini tak terbantahkan oleh siapapun yang mengaku dia manusia.manusia memiliki akal dan budi serta nalar untuk mengetahui mana yang baik dan yang jahat,yang tahu kapan harus diam,kapan harus tak bisa diam atau bahkan harus berontak membela diri,”Halak” mempunyai otoritas sendiri atas tindakan dirinya tanpa harus tergantung kepada orang lain,yang bisa mengambil keputusan terbaik atas dirinya sendiri dan masih banyak lagi defenisi manusia  yang tak mungkin bisa dituliskan dilembaran kecil ini,sedangkan “Halak-Halak”(Orang-orangan),dia hanya bisa pasrah diam seribu bahasa,karena dia tidak punya yang namanya jiwa,tidak punya nalar,tidak bisa bertindak sendiri,meskipun burung pipit bertengger di kepalanya bahkan sampai membuang kotorannya di lenganya,dia tidak bisa bertindak karena memang fungsinya hanya untuk menakut-nakuti lawannya,syukur-syukur lawannya takut,jika tidak yaaa..... hanya bisa pasrah,pendek kata tak ada mahluk sepasrah “Halak-Halak”...(hehehehe....pake istilah mahluk,,,,).Dia tidak bisa bergerak sendiri untuk mengambil tindakan atas perlakuan yang dideranya.Dia tidak punya inisiatif,tidak punya logika apalagi yang namanya komitmen diri.
Trus apa hubunganya dengan kita(saya)?
Terkadang kita kehilangan “Halak”yang sebenarnya,yang punya jiwa,yang bisa menhandle persoalan yang kita hadapi.misalnya,ketika ada seseorang atau sekelompok orang yang menyakiti kita,kadang kita meladeni kemauan orang tersebut untuk menyakiti mereka,pikir kita “kau pikir kau aja yang bisa?saya juga bisa “nah disinilah letak kegagalan kita sebagai “Halak” yang tidak mau disetir orang lain.atau contoh yang lain,bila kita seorang pegawai/karyawan di pemerintah atau swasta ,melihat rekan sekerja kita malas-malas di tempat kerja,apatis terhadap apa yang terjadi di lingkungan kerja kita,tak punya disiplin kerja,egois hanya mementingkan dirinya sendiri,sering bolos tanpa alasan yang jelas,kemudian kita berpikir”ah ngapain kita disiplin,mereka aja ongkang-ongkang,padahal gaji sama koq”,kemudian kita tertular penyakit malas dari mereka,kita ikut-ikut tak disiplin dalam bekerja,itu pertanda bahwa kita tak lagi memegang kendali atas diri kita.kita tidak punya komitmen lagi,tak bisa membedakan mana yang baik,mana yang tidak,kita jadi“Halak-Halak” yang digerakkan/dipengaruhi orang lain.
Melihat teman sekerja yang saat jam kerja hanya otak-atik smartphone dengan facebook-an,chatting atau apalah namanya,mereka serius dengan topik pembicaraan yang tak terarah,ngerumpi tanpa batas waktu,namun sayangnya.... meskipun demikian,ternyata nilai dirinya tak berkurang(menurut mereka),sedangkan kita terus asik dengan tugas-tugas kantor,sekolah atau perusahaan kita yang dipercayakan oleh atasan kita,siapa coba yang gak keberatan?
Namun,sebenarnya ketika kita diperhadapkan dengan kondisi demikian,saatnya kita bersyukur bahwa kita tercipta sebagai “Halak”yang tau mana yang pantas ,mana yang tidak untuk dikerjakan,kita  bukan “Halak-Halak”yang hanya ikut arus,mudah dihasut,didoktrin orang lain,kita tidak jadi diri kita sendiri,kita tidak punya otoritas atas diri kita,kita tak bisa bertindak mengikuti suara hati kecil kita.sebenarnya Tuhan mengijinkan kita untuk berkata “tidak”kepada hal-hal yang tak benar tadi,Tuhan memberi kita kekuasaan untuk memutuskan,apakah kita ikut mereka yang malas-malasan,atau berani melawan arus.,tapi sekali lagi karena kita saat itu berwujud“Halak-Halakbukan”Halak” yang sebenarnya,maka itu tidak kita lakukan.kita ikut sajalah......(nanti di bilang,pattak so bilak).....
”Halak” yang sebenarnya memiliki sikap yang terpuji,dimanapun dan dalam situasi apapun,tidak mau model yang ikut-ikutan,tapi bisa memutuskan yang terbaik dalam hidupnya,dan satu lagi yang terpenting ”Halak”” yang sebenarnya hidupnya ingin memberi mamfaat kepada orang sekitarnya,jadi saatnya kita menjadi ”Halak” bukan”Halal-halak”...................salam ”Halak


ronggos_awal juni 2018😇

No comments:

Post a Comment

Aku Bangga Menjadi Guru (sebuah refleksi diri)

Semua pekerjaan  yang halal sesungguhnya adalah profesi yang mulia. Dari sekian banyak profesi yang mulia tersebut profesi Guru adalah salah...