Saat penulis pernah punya kesempatan berkunjung
ke Jerman(September 2016) ada banyak
pengalaman yang sangat berharga yang saya dapat,disamping keindahan
kota,keramah tamahan penduduk,Kemajuan teknologi tentunya,Karakter penduduk
yang sudah jauh dibanding dengan karakter bangsa kita,dan masih banyak lagi
yang lain.Namun satu yang membuat saya terperangah,setiap rumah penduduk yang
kami kunjungi hampir semua memiliki sejenis Perpustakaan Pribadi,ada banyak
buku yang berjejer di lemari"Hias" mereka.Sebuah pemandangan yang
sangat kontradiktif dengan di negara saya.yang biasanya tempat memajang
barang-barang unik(gelas,porselin,tak
ketinggalan dengan photo-photo yang terbaik tentunya...hehehhehe) oh ya
satu lagi yang sebuah budaya disana saat menunggu menunggu sesuatu/orang tidak
ada kegiatan lain,selain membaca,sambil mendengarkan musik lewat headset di
telinga,mereka asik tanpa dinganggu atau merasa menggangu yang lain.
Menarik untuk dibahas budaya mereka yang rajin
untuk membaca,Pemerintah melalui kementerian Pendidikan meluncurkan program
Gerakan Literasi Sekolah.Mengapa dikatakan sebuah gerakan?mungkin untuk
memberdayakan seluruh komponen lintas umur,dari SD sampai Universitas dan
bahkan ke lingkungan masyarakat,dalam scope kecil di lingkungan sekolah.Berbagai
upaya sudah mulai dilaksanakan begitu Gerakan ini diluncurkan pada tahun
2015.Sekolah mulai menerapkan gerakan membaca 15 menit sebelum PBM dimulai di
pagi hari,ada juga yang menjadwalkan kegiatan membaca senyap satu hari selama
30 menit,ditambah 15 menit untuk memaparkan tentang apa yang sudah dibaca
selama 30 menit pertama(Metode ini sudah
terlaksana di SMP Negeri 1 Pangaribuan).Tidak hanya sekolah yang tergerak
dengan kegiatan positif ini,komponen lain yang ikut peduli adalah Usaid
Prioritas district Tapanuli Utara dibawah kordinator Adi M Sinaga,kelompok
kecil ini sudah rutin melaksanakan Kegiatan Gelar Baca di pusat kota Tarutung
setiap hari Minggu pagi dan akan menyebarkan kegiatan yang sama di kecamatan
lain di TAPUT,dan kerjasama dengan Perpusda setempat,dan mungkin akan muncul
gerakan-gerakan lain untuk menyokong program literasi ini.
Mendikbud melalui pernyataan di runnnig text
metro TV pada Rabu(22 Maret 2017) menyatakan bahwa minat baca masyarakat
Indonesia sudah tertinggal 4 tahun dibanding dengan negara lain.Bila
membandingkan dengan negara Jerman yang saya kunjungi,itu mungkin ada
benarnya,hal ini terlihat dari budaya baca yang ada dimasyarakat disana,Ketika
kami menelusuri Rhine River dengan keindahan dan kebersihan sungai nan besar
tersebut,disisi kiri dan kanan sungai yang membelah kota itu tersedia jejeran
kursi besi dibawah pohon rindang dan yang membuat saya terkagum-kagum adalah
ada beberapa buah lemari kaca yang didalamnya ada banyak jenis buku,pengunjung
dipersilahkan untuk mengambil buku yang disukai untukdibaca di tempat yang
sudah disediakan,mereka bebas memilih mana yang ingin disukai,setelah siap
dibaca atau ingin meninggalkan tempat tersebut dengan kesadaran dan
kejujuran,bukunya dikembalikan ke tempat semula,sebuah budaya yang menurut saya
sungguh luar biasa,budaya baca terlaksana dan satu hal yang tak kalah menarik
adalah budaya jujur(karakter yang mumpuni).Saya melihat bahwa yang duduk dan
membaca disana terdiri dari semua umur,dari anak-anak,dewasa sampai dengan
orangtua yang sudah uzur(sempat saya ingin ambil poto seorang bapak tuamungkin
sudah berusia 80 tahun,namun segera dilarang pak Ralf karena tradisi diluar
sana,sebelum kita mengambil poto seseorang,harus minta ijin dulu.....hehehehe
maaf pak kebiasaan di kampung kami)
Yang ingin saya ceritakan lewat tulisan ini
adalah betapa pentingnya Gerakan Literasi ini ditumbuhkan mulai dari usia dini(usia
sekolah)untuk mengejar ketertingalan kita dibanding dengan negar lain,kita
menyadari bahwa Literasi(dalam hal ini membaca)merupakan induk dari segala ilmu
pengetahuan,tanpa membaca mustahil ilmu yang lain dapat diserap.dengan banyak
membaca,maka dipastikan banyak ilmu yang didapat..........(bersambung.....)