Masih
terngiang di telinga kami Nasehatmu
Masih segar
teringat di kalbu kami,gurauanmu
Masih
bergema di naluri kami,suara alto mu
Masih
tersusun rapi di memori kami,sahutanmu...”beta hamu mangan”..
Masih
terdengar tawaranmu,mengajak minum secangkir kopi di tengah pematang sawah itu
Masih
terbayang gerakanmu,mengayun cangkulmu waktu itu..
Masih dan
masih teringat semua kenangan bersamamu,semasa hidupmu..
Semua itu
hanya kenangan,karena takdir memberi pemahaman
Bahwa semua
harus diterima meski itu tidak pernah terlintas dalam pikiran
Takdir
kadang memang kejam,ketika takdir itu membawa kesedihan
Sedih,terpuruk,takut
dan hampa,itulah kini yang terasa
Sekuatnya
menahan air mata agar tidak tumpah
orang-orang
silih berganti mengucap turut berduka
Satu dua
bertanya, satu dua hanya diam, seolah tidak percaya atas kepergiannya
Jika mereka
seakan tidak percaya,apalagi keluarga
kucoba membuat
tegar adekku semata wayang
Mengapa
secepat ini ,mengapa setega ini takdir berlaku
Tak bisakah
memberi kesempatan lebih lama?
Tak bisakah
memberi kesempatan meneruskan semua mimpinya?
Mimpi yang
sederhana melihat keberhasilan anaknya?
Mimpi yang
sederhana melihat penerusnya?
Teriakku
sampai hampir hilang sadarku
Langit kelam
hari itu ikut kupersalahkan
Menyumpah
langit dan seluruh takdir meski itu hal percuma
Mengapa
secepat ini,mengapa dan mengapa
Tanyaku tak
mendapat jawab...
Saat tersadar
sudah sepenuhnya kehilangan
Dengan berat
hati kami merelakan
Meraba-raba
makna ‘ikhlas’ yang sesungguhnya
Meneguhkan
hati menerima segalanya.
Kesadaran
diri saya masih berharap banyak hal
Saya masih
berharap keajaiban akan datang
Seperti
indahnya pelangi setelah hujan
Selamat
Jalan Udaku sayang,tenanglah di sisi Tuhan
kata-katanya amat sangat menyentuh pak ERHAPE
ReplyDeleteRintihan hati yang kehilangan....
Delete