Sunday, 16 September 2018

Kehilangan



Masih terngiang di telinga kami Nasehatmu
Masih segar teringat di kalbu kami,gurauanmu
Masih bergema di naluri kami,suara alto mu
Masih tersusun rapi di memori kami,sahutanmu...”beta hamu mangan”..
Masih terdengar tawaranmu,mengajak minum secangkir kopi di tengah pematang sawah itu
Masih terbayang gerakanmu,mengayun cangkulmu waktu itu..
Masih dan masih teringat semua kenangan bersamamu,semasa hidupmu..

Semua itu hanya kenangan,karena takdir memberi pemahaman
Bahwa semua harus diterima meski itu tidak pernah terlintas dalam pikiran
Takdir kadang memang kejam,ketika takdir itu membawa kesedihan
Sedih,terpuruk,takut dan hampa,itulah kini yang terasa
Sekuatnya menahan air mata agar tidak tumpah
orang-orang silih berganti mengucap turut berduka
Satu dua bertanya, satu dua hanya diam, seolah tidak percaya atas kepergiannya
Jika mereka seakan tidak percaya,apalagi keluarga
kucoba membuat tegar adekku semata wayang

Mengapa secepat ini ,mengapa setega ini takdir berlaku
Tak bisakah memberi kesempatan lebih lama?
Tak bisakah memberi kesempatan meneruskan semua mimpinya?
Mimpi yang sederhana melihat keberhasilan anaknya?
Mimpi yang sederhana melihat penerusnya?
Teriakku sampai hampir hilang sadarku
Langit kelam hari itu ikut kupersalahkan
Menyumpah langit dan seluruh takdir meski itu hal percuma
Mengapa secepat ini,mengapa dan mengapa
Tanyaku tak mendapat jawab...

Saat tersadar sudah sepenuhnya kehilangan
Dengan berat hati kami merelakan
Meraba-raba makna ‘ikhlas’ yang sesungguhnya
Meneguhkan hati menerima segalanya.
Kesadaran diri saya masih berharap banyak hal
Saya masih berharap keajaiban akan datang
Seperti indahnya pelangi setelah hujan
Selamat Jalan Udaku sayang,tenanglah di sisi Tuhan

2 comments:

Aku Bangga Menjadi Guru (sebuah refleksi diri)

Semua pekerjaan  yang halal sesungguhnya adalah profesi yang mulia. Dari sekian banyak profesi yang mulia tersebut profesi Guru adalah salah...