Judul
tulisan Saya ini terinspirasi dari beberapa video yang beredar di media social
saya beberapa hari terakhir, perihal adanya pemaksaan/kekerasan terhadap anak
yang harus belajar di rumah dan di bimbing oleh orangtuanya.sedih bercampur
geram melihat perlakuan yang harus di terima oleh si anak tersebut.
Tahun
Pelajaran 2020/2021 untuk tingkat SD dan SMP memang sudah memasuki minggu
kedua,walau sudah dua pekan terlewati,namun kendala dan kesulitan masih di
temukan di awal tahun pelajaran ini.kendala dari siswa,orangtua/wali bahkan
kendala yang dihadapi oleh guru-guru di sekolah.
Video yang
beredar tersebut memang menggambarkan situasi yang harus dihadapi oleh
orangtua,khususnya kaum emak-emak yang selama ini sudah sibuk dengan rutinitas
masing-masing,dirumah,atau diluar rumah(kalau di kampung kami,harus berjibaku
ke ladang/sawah)ditambah lagi harus menjadi seorang guru untuk
anak-anaknya.saking ruwetnya,ditambah lagi anak yang sedikit lasak,maka emosi otomatis
susah untuk di kontrol,maka terjadilah seperti yang dipertontonkan di video
itu.
Sebagai
seorang guru ,saya pribadi turut berempati dengan kesulitan dan beban berat
yang harus di tanggung oleh sebagian besar orangtua/wali,Kesulitan ketika harus
membagi waktu khusus untuk anak-anaknya disamping pekerjaan lain,kesulitan
ketika harus menyiapkan budget tambahan berupa pembelian paket internet dan
keterpaksaan harus membelikan sebuah handphone pintar guna mendukung kegiatan
pembelajaran si anak dan bahkan kesulitan yang hampir merusak hubungan antara anak dan orangtua seperti yang terjadi
dalam video tersebut.
Namun,kesulitan
yang dialami oleh sebagian orang tua saat ini,seakan membukakan mata akan apa
yang selalu dilakoni oleh bapak/ibu guru di sekolah selama ini jauh
sebelum wabah covid 19 ini datang.paling
tidak kita bisa membayangkan bagaimana seorang guru harus bisa meng handle 32
orang siswa dalam satu kelas, yang dipastikan memiliki sifat yang
berbeda-beda,ada yang non aktif,aktif bahkan sampai super aktif,tingkat kecerdasan
dan emosi yang berbeda-beda pula dari mulai masuk sampai pulang sekolah selama
kurang lebih 7 jam dalam sehari,dan 6 hari dalam seminggu.bisa kita bayangkan
se repot dan se capek apa gurunya di sekolah.Bukan bermaksud membela guru
karena penulis adalah seorang guru,tidak…hanya sekedar membeberkan apa yang
dialami selama ini,kami tidak bisa se-emosi yang ada dalam video tadi,yang
mencubit sampai si anak nangis meraung-raung,guru harus tetap bisa menjaga
emosi,guru tidak bisa membentak-bentak sampai membuat si anak seperti tertekan
batin karena kami menyadari hal itu akan berakibat fatal bagi kejiwaan si anak…guru
harus tetap bisa menjaga etika,memberi contoh untuk ditiru oleh
anak-anaknya,bukan bermaksud untuk mengagungkan profesi kami sebagai guru,namun
kadang ada suatu masa ketika guru harus
marah saat mengajar,karena memang demikianlah adanya,tapi kami menyadari itu
bukanlah karena kebencian tapi kasih sayang yang kami taburi,makanya kami masih
bisa mengontrol emosi di saat marah.kami diperhadapkan dengan anak sebanyak 32
orang dalam satu ruangan dengan berbagai macam karakter seperti yang saya
uraikan diatas.Berkaca dari situasi sulit saat ini,harusnya menyadarkan kita
bahwa mendidik dan mengajar anak itu juga bukan pekerjaan yang mudah.
Kembali
kepada situasi pemebelajaran saat ini yang rata-rata membuat orangtua mengeluh,kami
guru juga merasakan hal yang sama.jujur,kalau ada yang bisa melihat jauh
kedalam sanubari kami guru,kami sangat ingin situasi pembelajaran ini
berlangsung di ruangan kelas saja,bukan
seperti saat ini,karena jiwa kami lebih nyaman dan bergairah untuk menyampaikan
ilmu yang kami punya kepada anak didik kami di ruangan kelas bukan di ruang
maya…satu lagi yang membuat hati
sedih,contohnya saya yang masuk ke kelas VII yang baru,sudah dua minggu
proses pembelajaran ini berlangsung,tapi belum semua siswa di kelas saya saya
kenal,maklum penyampaian materi/tugas hanya kami kirimkan lewat WA,Absen
kehadiran lewat WA..sedih memang….
Karena
pendemi ini juga,guru-guru yang tidak muda lagi kesulitan beradaptasi dengan
pembelajaran daring(online) ini.maklum pembelajaran daring ini menuntut
operatornya harus menguasai teknologi,untuk mempersiapkan materi,tugas-tugas
kepada anak didiknya di rumah.penyampaian materi di desain se menarik mungkin
dengan membuat video pembelajaran singkat,ketika membuat video tersebut
dibutuhkan kemampuan untuk recording dan editing video,pekerjaan ini tidak
mudah untuk dilakukan sebagian guru.pun demikian mereka tetap berusaha
belajar,memaksa diri mengutak-atik laptop mereka padahal selama ini mereka
tidak begitu akrab dengan penggunaan teknologi yang satu ini,tapi itu tadi,demi
membuat si anak mudah mengerti tentang materi yang dibahas.demikianlah
kesulitan kami guru-guru saat pandemic ini,jadi bukan hanya orangtua/wali sajayang
meradang.
Jadi
menurut hemat saya tidak waktunya lagi kita saling menyalahkan(ortu:enak kali jadi guru,gak ngajar gaji
tetap utuh diterima…Guru:baru tau rasa mereka,ternyata mengajar anak itu tidak
mudah,rasain)mari kita sikapi kondisi ini dengan baik,mari Bersama-sama
bergandeng tangan membimbing anak-anak kita untuk belajar di masa sulit
ini,mari saling mengambil peran masing-masing sesuai tanggung jawab
guru/orangtua,demi Pendidikan anak-anak kita…..jadi Belajar Mengajar bukan lagi
Hajar menghajar.,Setuju???
No comments:
Post a Comment