Thursday, 30 July 2020

Belajar Mengajar Vs Hajar Menghajar


Judul tulisan Saya ini terinspirasi dari beberapa video yang beredar di media social saya beberapa hari terakhir, perihal adanya pemaksaan/kekerasan terhadap anak yang harus belajar di rumah dan di bimbing oleh orangtuanya.sedih bercampur geram melihat perlakuan yang harus di terima oleh si anak tersebut.

Tahun Pelajaran 2020/2021 untuk tingkat SD dan SMP memang sudah memasuki minggu kedua,walau sudah dua pekan terlewati,namun kendala dan kesulitan masih di temukan di awal tahun pelajaran ini.kendala dari siswa,orangtua/wali bahkan kendala yang dihadapi oleh guru-guru di sekolah.

Video yang beredar tersebut memang menggambarkan situasi yang harus dihadapi oleh orangtua,khususnya kaum emak-emak yang selama ini sudah sibuk dengan rutinitas masing-masing,dirumah,atau diluar rumah(kalau di kampung kami,harus berjibaku ke ladang/sawah)ditambah lagi harus menjadi seorang guru untuk anak-anaknya.saking ruwetnya,ditambah lagi anak yang sedikit lasak,maka emosi otomatis susah untuk di kontrol,maka terjadilah seperti yang dipertontonkan di video itu.

Sebagai seorang guru ,saya pribadi turut berempati dengan kesulitan dan beban berat yang harus di tanggung oleh sebagian besar orangtua/wali,Kesulitan ketika harus membagi waktu khusus untuk anak-anaknya disamping pekerjaan lain,kesulitan ketika harus menyiapkan budget tambahan berupa pembelian paket internet dan keterpaksaan harus membelikan sebuah handphone pintar guna mendukung kegiatan pembelajaran si anak dan bahkan kesulitan yang hampir merusak hubungan  antara anak dan orangtua seperti yang terjadi dalam video tersebut.

Namun,kesulitan yang dialami oleh sebagian orang tua saat ini,seakan membukakan mata akan apa yang selalu dilakoni oleh bapak/ibu guru di sekolah selama ini jauh sebelum  wabah covid 19 ini datang.paling tidak kita bisa membayangkan bagaimana seorang guru harus bisa meng handle 32 orang siswa dalam satu kelas, yang dipastikan memiliki sifat yang berbeda-beda,ada yang non aktif,aktif bahkan sampai super aktif,tingkat kecerdasan dan emosi yang berbeda-beda pula dari mulai masuk sampai pulang sekolah selama kurang lebih 7 jam dalam sehari,dan 6 hari dalam seminggu.bisa kita bayangkan se repot dan se capek apa gurunya di sekolah.Bukan bermaksud membela guru karena penulis adalah seorang guru,tidak…hanya sekedar membeberkan apa yang dialami selama ini,kami tidak bisa se-emosi yang ada dalam video tadi,yang mencubit sampai si anak nangis meraung-raung,guru harus tetap bisa menjaga emosi,guru tidak bisa membentak-bentak sampai membuat si anak seperti tertekan batin karena kami menyadari hal itu akan berakibat fatal bagi kejiwaan si anak…guru harus tetap bisa menjaga etika,memberi contoh untuk ditiru oleh anak-anaknya,bukan bermaksud untuk mengagungkan profesi kami sebagai guru,namun kadang ada suatu masa ketika  guru harus marah saat mengajar,karena memang demikianlah adanya,tapi kami menyadari itu bukanlah karena kebencian tapi kasih sayang yang kami taburi,makanya kami masih bisa mengontrol emosi di saat marah.kami diperhadapkan dengan anak sebanyak 32 orang dalam satu ruangan dengan berbagai macam karakter seperti yang saya uraikan diatas.Berkaca dari situasi sulit saat ini,harusnya menyadarkan kita bahwa mendidik dan mengajar anak itu juga bukan pekerjaan yang mudah.

Kembali kepada situasi pemebelajaran saat ini yang rata-rata membuat orangtua mengeluh,kami guru juga merasakan hal yang sama.jujur,kalau ada yang bisa melihat jauh kedalam sanubari kami guru,kami sangat ingin situasi pembelajaran ini berlangsung di ruangan kelas  saja,bukan seperti saat ini,karena jiwa kami lebih nyaman dan bergairah untuk menyampaikan ilmu yang kami punya kepada anak didik kami di ruangan kelas bukan di ruang maya…satu lagi yang membuat hati  sedih,contohnya saya yang masuk ke kelas VII yang baru,sudah dua minggu proses pembelajaran ini berlangsung,tapi belum semua siswa di kelas saya saya kenal,maklum penyampaian materi/tugas hanya kami kirimkan lewat WA,Absen kehadiran lewat WA..sedih memang….

Karena pendemi ini juga,guru-guru yang tidak muda lagi kesulitan beradaptasi dengan pembelajaran daring(online) ini.maklum pembelajaran daring ini menuntut operatornya harus menguasai teknologi,untuk mempersiapkan materi,tugas-tugas kepada anak didiknya di rumah.penyampaian materi di desain se menarik mungkin dengan membuat video pembelajaran singkat,ketika membuat video tersebut dibutuhkan kemampuan untuk recording dan editing video,pekerjaan ini tidak mudah untuk dilakukan sebagian guru.pun demikian mereka tetap berusaha belajar,memaksa diri mengutak-atik laptop mereka padahal selama ini mereka tidak begitu akrab dengan penggunaan teknologi yang satu ini,tapi itu tadi,demi membuat si anak mudah mengerti tentang materi yang dibahas.demikianlah kesulitan kami guru-guru saat pandemic ini,jadi bukan hanya orangtua/wali sajayang meradang.

Jadi menurut hemat saya tidak waktunya lagi kita saling menyalahkan(ortu:enak kali jadi guru,gak ngajar gaji tetap utuh diterima…Guru:baru tau rasa mereka,ternyata mengajar anak itu tidak mudah,rasain)mari kita sikapi kondisi ini dengan baik,mari Bersama-sama bergandeng tangan membimbing anak-anak kita untuk belajar di masa sulit ini,mari saling mengambil peran masing-masing sesuai tanggung jawab guru/orangtua,demi Pendidikan anak-anak kita…..jadi Belajar Mengajar bukan lagi Hajar menghajar.,Setuju???

Sunday, 26 July 2020

Marahku.....

“Prangg….”suara jendela kaca depan rumah yang pecah berantakan itu mengejutkan seisi rumah,segera saya bangkit dari tempat tidur,disusul oleh kedua anak laki-laki saya dari kamar tidur mereka,dengan langkah cepat kami bergegas menuju pintu depan untuk melihat kejadian diluar,terlihat dua pemuda berjalan sempoyongan di jalan raya yang berada tepat di depan rumah kami,seorang dari pemuda tersebut teriak-teriak dengan ucapan yang kurang jelas,jantung berdegup kencang,emosi meledak-ledak,ku kejar kedua pemuda tersebut dengan kepalan tangan ”Hei ba**,apa maksudmu melempar rumah saya,hee??”disertai tendangan kearah perutnya,disusul pukulan hook kiri dan kanan telak ke wajahnya,ala-ala petarung MMA ,anak saya yang dua sempat juga ingin terlibat ,tapi segera saya cegah,seperti tersadar si pemuda yang teriak-teriak tadi mendadak terdiam,sambal memegang wajahnya yang kesakitan.tak berselang tetangga pada keluar,ada yang bawa pentungan,mencari batu dan bahkan ada yang bawa ikat pinggang,”hajar…hajar,masukkan ke got…”suara itu terdengar dari mereka ,dan hampir saja mengeroyok kedua pemuda tersebut,saya tersadar bahwa suasana akan menjadi sangat kacau kalau saya biarkan,spontan berbalik,saya malah berusaha melindungi kedua pemuda tersebut dari penghakiman massa yang juga sudah tersulut emosinya,saya menyuruh temannya yang satu lagi untuk segera pergi menyelamatkan diri.tak berselang lama akhirnya kepala desa kami datang untuk menemui massa yang sudah hampir beringgas,dengan Bahasa lembut,sang kades berhasil menenangkan emosi para warga yang berkumpul,dan memastikan besok pagi akan diselesaikan secara kekeluargaan,karena pemuda tersebut ternyata masih warga yang sama dengan kami.permasalahan ini  memang bisa diselesaikan secara damai,yang bersangkutan mengganti kerugian serta menyatakan permintaan maafnya,dan sebagai manusia biasa yang saya juga tak luput dari kesalahan,akhirnya saya beserta keluarga menerima permintaan maafnya.

Seumur hidup,baru kali saya pernah marah semarah-marahnya,meminjam istilah jaman now,marahnya saya sudah setingkat dewa…selama ini saya selalu mencoba mengendalikan emosi,ketika si emosi itu ingin bebas berkeliaran.Prinsip,bila  saya marah 1 menit saja,maka saya akan kehilangan kebahagiaan 60 detik,selama ini selalu saya pegang,tapi untuk malam itu prinsip tersebut tidak berlaku bagi saya. Memang selama masih hidup,kemarahan itu adalah hal yang wajar,setiap orang pasti pernah merasakan dan bahkan terlibat langsung dengan kemarahan ,ada kemarahan yang levelnya masih rendah sampai yang sedang,yang tidak wajar itu adalah ketika kemarahan itu sudah kehilangan kontrol(lose control).

Tanpa disadari ,ternyata kemarahan itu adalah racun bagi jiwa dan tubuh manusia.setiap kita marah yang tidak terkontrol,maka banyak syaraf dalam tubuh kita mengalami kerusakan ditambah lagi rusaknya hubungan kita dengan sasaran kemarahan kita,sesungguhnya,dengan marah orang menyakiti dirinya sendiri ,ketika kemarahan sudah menumpuk menjadi dendam,berbagai penyakit pun datang mengunjungi diri.

Lantas apakah kemarahan itu bisa lepas atau bahkan lenyap dari kehidupan kita?dan orang tidak akan marah lagi?sepertinya tidak.Sekali lagi lagi kemarahan itu adalah wajar dan normal.bahkan dalam situasi tertentu kemarahan itu perlu ada,asal…masih bisa dikendalikan dan disisipi rasa kasih dan kebijaksanaan,sehingga dengan demikian kemarahan itu tidak lagi menjadi sumber penderitaan,melainkan sebaliknya  justru bisa menolong orang lain…

 

Monday, 13 July 2020

Mereka Tim Yang Hebat..


Penerimaan Peserta didik baru untuk tahun pelajaran 2020/2021 untuk tingkat SMP sudah berakhir hari,ditandai dengan penutupan pendaftaran ulang yang sudah berlangsung selama 2 hari,sedangkan pendaftaran sendiri sudah dimulai sejak 22 Juni sampa 11 Juli 2020.untuk memperlancar proses PPDB ,jauh-jauh hari sudah dibentuk sebuah tim yang diharapkan dapat melaksanakan,menangani tugas ini dengan baik dan dengan penuh tanggung jawab.
Kegiatan tahunan ini bukan tugas baru lagi bagi tim yang dibentuk ini,tetapi tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya,tahun ini di tengah pandemi Covid 19 proses PPDB berlangsung dengan cara penanganan yang berbeda pula.Tim berdiskusi untuk menemukan formula,serta langkah-langkah yang dipandang tepat dalam proses PPDB dengan mempedomani protokol kesehatan yang sudah di informasikan sejak awal.cara bekerja tim telah berubah seiring dengan tuntutan situasi dan kondisi,kolaborasi,disiplin waktu,serta ketepatan dan kecepatan untuk mengambil sebuah keputusan mutlak diperlukan dalam kegiatan tim.
Bapak A Harianja,punya pengalaman yang panjang X lebar dalam hal PPDB ini, beliau juga merupakan sosok kuat dalam tim ini,kuat dalam memberi teladan,kuat dalam arti punya terobosan,ide yang cemerlang serta tindakan-tindakan yang akurat dan terukur.
Bapak E Panjaitan,punya ketegasan serta disiplin yang ingin disebar kepada sekitarnya,merupakan ciri khas dari beliau,usia boleh muda,tapi soal integritas jangan diragukan..
Bapak IP Simanjuntak,Sosok pengampu Mapel Matematika ini,dikenal suka mengumbar senyum kepada setiap orang,keramahan menjadi ciri khasnya,dalam berdialog dengan calon siswa.

Bapak U Sihombing,pakar IT ini ,punya peran yang signifikan dalam proses PPDB ini. entri data dari setiap peserta didik yang mewajibkan ketelitian dan keakuratan data ditangani beliau.tetap semangat bekerja dengan penuh rasa tanggung jawab adalah ciri khas yang melekat dan terlihat pada sosok tim yang satu ini.

Bapak Pernando Pakpahan,guru muda yang punya kemauan keras untuk belajar dari seniornya,kerendahan hati menjadi senjatanya selama pelaksanaan PPDB,membantu tim dalam pengarsipan adalah tugas utamanya di tim ini..


Bapak A,B,C,D,E,F.......mereka juga orang-orang yang luar biasa yang turut mendukung pelaksanaan PPDB ini berjalan lancar,mereka bekerja dalam senyap.....

Aku Bangga Menjadi Guru (sebuah refleksi diri)

Semua pekerjaan  yang halal sesungguhnya adalah profesi yang mulia. Dari sekian banyak profesi yang mulia tersebut profesi Guru adalah salah...