Wednesday, 29 January 2020

Si "Jurtul" Ijazah...


“Selamat Pagi pak,saya…siswa bapak yang lulus tahun kemarin,mau nanya pak,kapan kami bisa mengambil ijazah pak?,trimakasih”
Sabar Ya inang,ini masih proses penulisan,nanti kami infokan
itulah isi whats up dari salah seorang siswa kami yang lulus tahun kemarin.kemudian saya lihat tumpukan ijazah yang ada di tas  yang biasa saya bawa setiap hari ke sekolah,untuk di kerjakan disaat ada free les.
Banyak siswa atau juga orangtua yang menanyakan mengapa ijazah selalu terlambat diterima oleh anak mereka.padahal sebagian dari mereka tidak mengetahui bahwa banyak factor penyebabnya diantaranya lambatnya pengiriman ke sekolah oleh dinas terkait,ditambah lagi proses penulisan yang membutuhkan waktu yang lumayan lama,karena nulis ijazah itu tidak seperti menulis di kertas biasa yang kalau salah bisa di hapus atau di typex.
Sebagai penulis ijazah yang mendapat kepercayaan dari kepala sekolah selaku penanda tangan,saya akan berbagi kisah suka dan duka menulis ijazah yang saya lakukan semenjak tahun 2002 sampai sekarang.
Meski menulis ijazah bagi saya sudah seperti satu rutinitas tahunan.Menulis ijazah punya cerita tersendiri buat saya,menulis lembar dokumen berharga ini juga punya sensasi sekaligus membangun ketenangan dan kefokusan diri,mengapa?karena menulis ijazah ini bukanlah pekerjaan yang ringan sebetulnya,banyak hal yang harus diperhatikan,ada pedoman yang harus diikuti sebelum menggoreskan tinta di atasnya yang dirilis secara resmi oleh dinas Pendidikan Pusat,sehingga ijazah itu dinyatakan sah oleh Lembaga negara.
Tulisan saya sebenarnya tidak begitu bagus-bagus amat,bahkan masih banyak teman guru yang punya tulisan lebih bagus dari saya,memang di  pedoman penulisan ijazah itu hanya menyebutkan Tulisan di Ijasah harus Jelas, Rapi ,Bersih dan Mudah dibaca.Kalau sampai hari ini saya masih dipercaya untuk menulis Ijasah,mungkin karena saya masih memenuhi persyaratan diatas,mungkin…..atau mungkin juga….karena kepala sekolah saya tak ingin melihat saya nganggur kali ya…entahlah.
Menulis ijazah bisa disebut ibarat berada di atas kertas yang”Zero Mistake” alias gak boleh salah,butuh konsentrasi tingkat tinggi agar tidak terdapat kesalahan sekecil apapun.kalau misalnya terdapat kesilapan,maka harus diperbaiki kemudian dipermak sehingga kembali seperti semula,bersih…gak boleh robek,beruntung saya masih punya penghapus kuno yang kadang saya anggap seperti penghapusnya Doraemon yang bikin bersih,tanpa meninggalkan bekas,nah hal ini yang membuat mengapa menulis ijazah itu beda dengan menulis dokumen yang lain.
Banyak teman-teman yang menolak ketika ditugaskan menjadi penulis ijazah,ada yang punya alas an sudah gak mampu lagi menulis ijazah karena factor usia yang mengakibatkan tingkat kefokusan sudah tidak maksimal lagi,ada lagi yang tidak punya waktu untuk menyelesaikan tugas ini dan masih banyak lagi alasan bagi teman-teman yang lain.

Penulis sendiri kadang  harus menghentikan tugas ini ketika ada pekerjaan lain di rumah,semisal membantu istri ke ladang,membantu masak dan beres-beres rumah,melengkapi kebutuhan anak-anak dan masih banyak lagi tugas mendadak yang berakibat hanya bisa menyelesaikan beberapa lembar saja dalam satu hari sehingga penyelesaian tugas menulis ijazah ini memakan waktu yang agak lama.

Selain tantangan yang dihadapi penulis diatas,tentu kerja kita dihargai oleh pimpinan.Penulis sudah pernah menerima imbalan atas pekerjaan ini mulai dari seribu rupiah per lembarnya,kemudian naik menjadi tiga ribu,empat ribu sampai yang tertinggi lima ribu per lembar,jadi kalau ada 100 lembar,tinggal di kalikan lima ribu=Rp 500 ribu,(lumayan untuk membeli kebutuhan di rumah) tapi ada juga yang memakai system borongan…hehehe(sudah seperti kerja di ladang saja),tapi jujur…penulis tidak pernah hanya  berpikir tentang materi hasil dari menulis ijazah ini,penulis iklas dan bertanggungjawab melaksanakan tugas ini karena mendapat kepercayaan dari pimpinan,dan satu lagi tulisan kita akan menjadi kenangan yang abadi untuk murid-murid kita,apalagi nanti mereka jadi orang-orang yang berhasil,tulisan kita sudah punya andil….Songoni majolo sian si Jurtul alias si Juru Tulis

3 comments:

  1. Mantap bg
    Hidup Penulis Ijazah
    😁

    ReplyDelete
  2. Mantap bg
    Hidup Penulis Ijazah
    😁

    ReplyDelete
  3. Malah sebenarnya amang, karena tanggungjawab yang berat dalam menulis ijazah, maka memang wajar kalau diberi jerih payah yang juga harus sesuai dengan tanggungjawab tadi.
    Sukses selalu dalam berkarya ya amang. Ajak amang ma anak ni amang asa olo mambaen blog songonon. Mauliate. Horas. 🙏

    ReplyDelete

Aku Bangga Menjadi Guru (sebuah refleksi diri)

Semua pekerjaan  yang halal sesungguhnya adalah profesi yang mulia. Dari sekian banyak profesi yang mulia tersebut profesi Guru adalah salah...