“Selamat Pagi pak,saya…siswa bapak yang lulus tahun kemarin,mau nanya
pak,kapan kami bisa mengambil ijazah pak?,trimakasih”
”Sabar Ya inang,ini masih proses penulisan,nanti kami infokan”
itulah isi whats up dari salah seorang siswa kami yang lulus tahun kemarin.kemudian
saya lihat tumpukan ijazah yang ada di tas
yang biasa saya bawa setiap hari ke sekolah,untuk di kerjakan disaat ada
free les.
Banyak siswa atau juga orangtua
yang menanyakan mengapa ijazah selalu terlambat diterima oleh anak
mereka.padahal sebagian dari mereka tidak mengetahui bahwa banyak factor penyebabnya diantaranya lambatnya pengiriman ke
sekolah oleh dinas terkait,ditambah lagi proses penulisan yang membutuhkan
waktu yang lumayan lama,karena nulis ijazah itu tidak seperti menulis di kertas
biasa yang kalau salah bisa di hapus atau di typex.
Sebagai penulis ijazah yang
mendapat kepercayaan dari kepala sekolah selaku penanda tangan,saya akan
berbagi kisah suka dan duka menulis ijazah yang saya lakukan semenjak tahun
2002 sampai sekarang.
Meski menulis ijazah bagi saya
sudah seperti satu rutinitas tahunan.Menulis ijazah punya cerita tersendiri
buat saya,menulis lembar dokumen berharga ini juga punya sensasi sekaligus
membangun ketenangan dan kefokusan diri,mengapa?karena menulis ijazah ini
bukanlah pekerjaan yang ringan sebetulnya,banyak hal yang harus
diperhatikan,ada pedoman yang harus diikuti sebelum menggoreskan tinta di
atasnya yang dirilis secara resmi oleh dinas Pendidikan Pusat,sehingga ijazah
itu dinyatakan sah oleh Lembaga negara.
Tulisan saya sebenarnya tidak
begitu bagus-bagus amat,bahkan masih banyak teman guru yang punya tulisan lebih
bagus dari saya,memang di pedoman
penulisan ijazah itu hanya menyebutkan Tulisan di Ijasah harus Jelas, Rapi
,Bersih dan Mudah dibaca.Kalau sampai hari ini saya masih dipercaya untuk menulis
Ijasah,mungkin karena saya masih memenuhi persyaratan diatas,mungkin…..atau
mungkin juga….karena kepala sekolah saya tak ingin melihat saya nganggur kali
ya…entahlah.
Menulis ijazah bisa disebut
ibarat berada di atas kertas yang”Zero Mistake” alias gak boleh salah,butuh
konsentrasi tingkat tinggi agar tidak terdapat kesalahan sekecil apapun.kalau
misalnya terdapat kesilapan,maka harus diperbaiki kemudian dipermak sehingga
kembali seperti semula,bersih…gak boleh robek,beruntung saya masih punya
penghapus kuno yang kadang saya anggap seperti penghapusnya Doraemon yang bikin
bersih,tanpa meninggalkan bekas,nah hal ini yang membuat mengapa menulis ijazah
itu beda dengan menulis dokumen yang lain.
Banyak teman-teman yang menolak
ketika ditugaskan menjadi penulis ijazah,ada yang punya alas an sudah gak mampu
lagi menulis ijazah karena factor usia yang mengakibatkan tingkat kefokusan
sudah tidak maksimal lagi,ada lagi yang tidak punya waktu untuk menyelesaikan
tugas ini dan masih banyak lagi alasan bagi teman-teman yang lain.
Penulis sendiri kadang harus menghentikan tugas ini ketika ada
pekerjaan lain di rumah,semisal membantu istri ke ladang,membantu masak dan
beres-beres rumah,melengkapi kebutuhan anak-anak dan masih banyak lagi tugas
mendadak yang berakibat hanya bisa menyelesaikan beberapa lembar saja dalam
satu hari sehingga penyelesaian tugas menulis ijazah ini memakan waktu yang
agak lama.
Selain tantangan yang dihadapi
penulis diatas,tentu kerja kita dihargai oleh pimpinan.Penulis sudah pernah
menerima imbalan atas pekerjaan ini mulai dari seribu rupiah per
lembarnya,kemudian naik menjadi tiga ribu,empat ribu sampai yang tertinggi lima
ribu per lembar,jadi kalau ada 100 lembar,tinggal di kalikan lima ribu=Rp 500
ribu,(lumayan untuk membeli kebutuhan di
rumah) tapi ada juga yang memakai system borongan…hehehe(sudah seperti kerja di ladang saja),tapi
jujur…penulis tidak pernah hanya berpikir
tentang materi hasil dari menulis ijazah ini,penulis iklas dan bertanggungjawab melaksanakan tugas ini karena
mendapat kepercayaan dari pimpinan,dan satu lagi tulisan kita akan menjadi
kenangan yang abadi untuk murid-murid kita,apalagi nanti mereka jadi
orang-orang yang berhasil,tulisan kita sudah punya andil….Songoni majolo sian si Jurtul alias si Juru Tulis