Tuesday, 26 June 2018

Pemilih Subjektif Vs Pemilih Objektif




Hari ini Pesta Demokrasi berlangsung di 171 daerah di Indonesia,terdiri dari dari 17 Propinsi,39 Kota dan 115 Kabupaten,sebanyak 520 pasangan akan saling merebut tampuk kepemimpinan di daeranya masing-masing,kebetulan di tempat saya tinggal  mendapat giliran berpesta demokrasi di tingkat propinsi dan tingkat kabupaten.pesta lima tahunan ini bagi sebagian orang adalah pesta yang dirindukan dan dinanti-nantikan,tapi untuk sebagian lainnya menjadi pesta yang membuat jantungan,layaknya sebuah pesta, demi kesuksesan pelaksanaannya,persiapan yang matang sudah pasti adalah hal yang sangat dibutuhkan,mulai dari persiapan dana,sarana prasarana,bahkan sampai hal-hal di luar tehnik pelaksanaannya,kesiapan mental,merupakan salah satu hal yang sangat penting juga dalam pesta sebesar ini.
Setelah melalui proses panjang yang sudah dilaksanakan mulai dari pendataan pemilih,sosialisasi bakal calon,pendaftaran calon,kampanye sampai dengan pelaksanaan Debat terbuka,maka puncak pesta yang ditunggu-tunggu sampailah hari ini,saatnya menentukan pilihan yang terbaik menurut pendapat masing-masing.
Peran serta pemilih adalah salah satu penentu sukses-tidaknya pesta demokrasi ini,dengan kata lain,hasil akhir pesta ini ada di tangan pemilih.keikutsertaan pemilih juga ikut menentukan kualitas pemilihan itu sendiri.
Berbicara tentang Pemilih,menurut pendapat saya ada dua(2) jenis tipe pemilih yang ada di tengah-tengah masyarakat di sekitar penulis,yaitu pemilih Subjektif dan Pemilih Objektif,kedua tipe ini akan berjalan beriringan di tengah-tengah masyarakat yang majemuk(berbeda pilihan,berbeda tingkat pengetahuan,berbeda prinsip,dll).
C Pemilih Subjektif
Adalah pemilih yang dominan berpikiran relatif terhadap calon yang dipilihnya.Pemilih dengan tipe ini tidak cukup mengenal calon lebih dalam,bisa hanya berdasarkan hubungan pribadi,hubungan kekeluargaan alias parmargaon,atau dia hanya mendengar dari orang lain,sampai yang terburuknya adalah menebak alias untung-untungan saja,persis seperti menebak siapa yang jadi juara piala dunia tahun ini...heheheheh,Pemilih tipe ini tidak butuh yang namanya Sosialisasi Visi dan Misi,kampanye arak-arakan,(tapi kalau pembagian kaos apalagi pembagian sembako (kalau ada)mau kalipun...hehehehe,tapi tanpa itu semua pemilih Subjektif ini sudah pasti punya pilihan yang tidak dapat diganggu gugat,karena ikatan yang kuat tadi,khususnya hubungan kekeluargaan  apalagi yang tinggal di daerah yang masih kental dengan adat istiadat.Tapi apakah itu sudah sebuah patokan??tentu tidak,karena mungkin mereka sudah masuk dalam kategori tipe kedua,yaitu

C Pemilih Objektif.
Nah tipe pemilih yang kedua ini adalah tipe yang sedikit agak rasional,mengapa?karena memang si pemilik suara sudah menentukan pilihannya dengan berbagai pertimbangan yang matang,selain mengenal baik si calon dari sisi luarnya,seperti kenal karena ada ikatan kekeluargaan,ikatan emosional,mengenal dari sisi dalam adalah hal yang tak kalah penting bagi pemilih Objektif,seperti  kompetensi,prestasi,integritas didukung data dan fakta adalah faktor yang digunakan si pemilih Objektif dalam menentu pilihan  di bilik suara.
Tipe pemilih objektif ini seharusnya adalah tipe yang harus dijunjung tinggi dalam sebuah pemilihan pimpinan,baik itu pilkades,pilkada,pilpres maupun pileg.Pemilih Objektif itu menggunakan logika,bebas dari pengaruh oranglain,karena sudah mantap dengan pilihannya sejak awal.Pemilih Objektif itu tidak bisa dipengaruhi dengan money politic,dia bebas dan merdeka menentukan hak suaranya sebagai mana prinsip pemilihan kita yang LUBER...Pemilih Objektif adalah pemilih yang peduli akan masa depan daerahnya untuk lima tahun kedepan atau lebih...Pemilih Objektif adalah pemilih yang menghargai hak konstitusionalnya sebagai warga negara yang baik.
Hari ini kita diuji,apakah kita termasuk pemilih Subjektif atau Pemilih Objektif,mari renungkan sebelum mencoblos.......
Merenung di Kursi Tunggu TPS Empat......27 Juli 2018

Monday, 4 June 2018

Hita ”Halak” manang”Halak-Halak”?(4H)



“Ah..kasar kali pertanyaanmu itu bah Pakpahan.masak kau samakan kita sama “halak-halak”,terlaluuu kau bah........
Mungkin itu pernyataan pertama yang muncul,bila saya menyampaikan judul diatas kepada kelompok kita.padahal tujuan saya sebenarnya hanya untuk memastikan jawaban kita bersama(bukan hanya anda,tapi saya juga juga ikut).
“Halak”(manusia)adalah mahluk tertinggi derajatnya yang diciptakan Tuhan dibanding dengan mahluk lainnya di muka bumi ini,ini tak terbantahkan oleh siapapun yang mengaku dia manusia.manusia memiliki akal dan budi serta nalar untuk mengetahui mana yang baik dan yang jahat,yang tahu kapan harus diam,kapan harus tak bisa diam atau bahkan harus berontak membela diri,”Halak” mempunyai otoritas sendiri atas tindakan dirinya tanpa harus tergantung kepada orang lain,yang bisa mengambil keputusan terbaik atas dirinya sendiri dan masih banyak lagi defenisi manusia  yang tak mungkin bisa dituliskan dilembaran kecil ini,sedangkan “Halak-Halak”(Orang-orangan),dia hanya bisa pasrah diam seribu bahasa,karena dia tidak punya yang namanya jiwa,tidak punya nalar,tidak bisa bertindak sendiri,meskipun burung pipit bertengger di kepalanya bahkan sampai membuang kotorannya di lenganya,dia tidak bisa bertindak karena memang fungsinya hanya untuk menakut-nakuti lawannya,syukur-syukur lawannya takut,jika tidak yaaa..... hanya bisa pasrah,pendek kata tak ada mahluk sepasrah “Halak-Halak”...(hehehehe....pake istilah mahluk,,,,).Dia tidak bisa bergerak sendiri untuk mengambil tindakan atas perlakuan yang dideranya.Dia tidak punya inisiatif,tidak punya logika apalagi yang namanya komitmen diri.
Trus apa hubunganya dengan kita(saya)?
Terkadang kita kehilangan “Halak”yang sebenarnya,yang punya jiwa,yang bisa menhandle persoalan yang kita hadapi.misalnya,ketika ada seseorang atau sekelompok orang yang menyakiti kita,kadang kita meladeni kemauan orang tersebut untuk menyakiti mereka,pikir kita “kau pikir kau aja yang bisa?saya juga bisa “nah disinilah letak kegagalan kita sebagai “Halak” yang tidak mau disetir orang lain.atau contoh yang lain,bila kita seorang pegawai/karyawan di pemerintah atau swasta ,melihat rekan sekerja kita malas-malas di tempat kerja,apatis terhadap apa yang terjadi di lingkungan kerja kita,tak punya disiplin kerja,egois hanya mementingkan dirinya sendiri,sering bolos tanpa alasan yang jelas,kemudian kita berpikir”ah ngapain kita disiplin,mereka aja ongkang-ongkang,padahal gaji sama koq”,kemudian kita tertular penyakit malas dari mereka,kita ikut-ikut tak disiplin dalam bekerja,itu pertanda bahwa kita tak lagi memegang kendali atas diri kita.kita tidak punya komitmen lagi,tak bisa membedakan mana yang baik,mana yang tidak,kita jadi“Halak-Halak” yang digerakkan/dipengaruhi orang lain.
Melihat teman sekerja yang saat jam kerja hanya otak-atik smartphone dengan facebook-an,chatting atau apalah namanya,mereka serius dengan topik pembicaraan yang tak terarah,ngerumpi tanpa batas waktu,namun sayangnya.... meskipun demikian,ternyata nilai dirinya tak berkurang(menurut mereka),sedangkan kita terus asik dengan tugas-tugas kantor,sekolah atau perusahaan kita yang dipercayakan oleh atasan kita,siapa coba yang gak keberatan?
Namun,sebenarnya ketika kita diperhadapkan dengan kondisi demikian,saatnya kita bersyukur bahwa kita tercipta sebagai “Halak”yang tau mana yang pantas ,mana yang tidak untuk dikerjakan,kita  bukan “Halak-Halak”yang hanya ikut arus,mudah dihasut,didoktrin orang lain,kita tidak jadi diri kita sendiri,kita tidak punya otoritas atas diri kita,kita tak bisa bertindak mengikuti suara hati kecil kita.sebenarnya Tuhan mengijinkan kita untuk berkata “tidak”kepada hal-hal yang tak benar tadi,Tuhan memberi kita kekuasaan untuk memutuskan,apakah kita ikut mereka yang malas-malasan,atau berani melawan arus.,tapi sekali lagi karena kita saat itu berwujud“Halak-Halakbukan”Halak” yang sebenarnya,maka itu tidak kita lakukan.kita ikut sajalah......(nanti di bilang,pattak so bilak).....
”Halak” yang sebenarnya memiliki sikap yang terpuji,dimanapun dan dalam situasi apapun,tidak mau model yang ikut-ikutan,tapi bisa memutuskan yang terbaik dalam hidupnya,dan satu lagi yang terpenting ”Halak”” yang sebenarnya hidupnya ingin memberi mamfaat kepada orang sekitarnya,jadi saatnya kita menjadi ”Halak” bukan”Halal-halak”...................salam ”Halak


ronggos_awal juni 2018😇

Aku Bangga Menjadi Guru (sebuah refleksi diri)

Semua pekerjaan  yang halal sesungguhnya adalah profesi yang mulia. Dari sekian banyak profesi yang mulia tersebut profesi Guru adalah salah...