Judul diatas berasal dari
dua kata yaitu Etika dan Berbicara,Etika adalah norma,aturan yang
disepakati dan berlaku utuk sekelompok orang,sedangkan Berbicara adalah bentuk Komunikasi
lisan yang mengeluarkan,menyusun kata-kata secara teratur sehingga dapat
dimengerti lawan bicara.Kemampuan berbicara adalah kemampuan yagn sangat
penting dimiliki setiap orang untuk bisa
menyampaikan maksudnya kepada orang lain.karena sejatinya seorang yang berbicara kepada seorang yang
lain tujuannya adalah untuk bisa menyapaikan maksudnya dan maksudnya itu dapat
dipahami oleh lawan bicara.
Berbicara akan menjadi sedikit rumit,ketika berbicara itu
dibuatkan terkotak-kotak,maksudnya bila berbicara itu dalam ruang lingkup
tertentu,atau dengan siapa kita berbicara,akan sangat berbeda ketika kita
berbicara di warung pinggir jalan dengan lawan bicara teman sejawat alias
rakyat jelata,dengan bila kita berbicara dengan petinggi-petinggi
negara,pejabat di perusahaan dan tempatnya juga di kantoran...sangat berbeda
tentunya.Berbicara dengan menggunakan bahasa-bahasa tertentu,juga menambah
kerumitan dalam berbicara,contohnya dengan menggunakan bahasa ekonomi,bahasa
hukum,bahasa anak-anak,apalagi bahasa politik dengan istilah-istilah yang
membuat kita agak sedikit mengkerutkan kening alias tidak ngerti.
Penggunaan Bahasa sudah barang tentu akan mempengaruhi etika seseorang.Etika seorang yang berbicara
di sebuah terminal pasti berbeda dengan seorang yang sering berkomunikasi di
lingkungan kantor,di sekolah,di gereja,di rumah.Tuntutan peran seorang yang
berkecimpung di jalanan memang harus punya etika yang”Sedikit Keras”dibanding
mereka yang ada di lingkungan”lembut”.sebaliknya akan terasa sedikit janggal
bila peran berbeda menggunakan bahasa
yang berbeda,seperti seorang kondektur bus,berbicara ala seorang profesor,kurang
pas,atau sedikit lucu kedengaranya.
Sekarang,Ketika seseorang berbicara,tidak cukup hnaya
membuat lawan bicara itu ngerti apa yang dimaksud si pembicara,tapi jauh dari
sekedar ngerti,berbicara haruslah mencerminkan sebuah etika,norma atau
aturan.Jangan sampai maksud ingin memberi penjelasan,ehhh ternyata jadi salah
kaprah,atau malah jadi tersinggung.nah untuk membuat sebuah komunikasi itu
lebih terhormat ,maka beberapa tips berikut mungkin dapat menjadi acuan,apa
saja???
v 1.
Ketika berbicara,tatap mata lawan bicara.
Dengan cara ini akan kelihatan bahwa kita yang
berbicara,atau lawan bicara akan terasa ada saling menghormati.Bisa kita
bayangkan ketika kita berbicara dengan seseorang,tapi lawan bicara kita melihat
kearah yang lain,tentu kita sedikit tersinggung dengan perilakunya,seakan kita dianggap”radio
nasega-sega”,jadilah sungguh elok bila kita melihat lawan bicara kita,meskipun
kita merasa informasi yang disampaikan kurang begitu penting bagi kita,ingat,kita
harus respect kepada yang lain.
2. Minimalkan menggunakan Intonasi Tinggi.
Nah...ini dia yang agak sedikit agak
sulit,bagaimana gak sulit?,sudah terbiasa dengan suara “Tarzan” alias sorak
sorai,kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari sering menggnakan volume yang agak
tinggi,kadang terbawa dalam pembicaraan dengan topik yang sebenarnya memerlukan
intonasi lembut,sehingga kadang menjadi salah ngerti lawan bicara kita,kadang
persepsi mereka kita ini emosi,bahkan marah ketika menyampaikan sesuatu
informasi.bahkan kotbah yang seharusnya disampaikan dengan suara
mendayu-dayu,harus diberitakan dengan suara layaknya rocker(hahaha........tapi
karena sudah biasa,inti kotbahnya sampai juga sih.....)
3.
Gunakan Bahasa yang Baik dan Benar
Betul sekali...dengan memilih kata yang baik
dan benar,sopan dan lembut,tentu pesan yang disampaikan akan lebih cepat
dimengerti dan dipahami,bagaimanapun,kalimat yang lembut,akan terasa sejuk
dihati,sekalipun informasi yang kita sampaikan agak sedikit”Keras”,tapi lebih
mengena ke hati lawan bicara,atau bahkan sebaliknya,pesan “sukacita” yang ingin
kita sampaikan akan menjadi”dukacita”mendalam bila kita salah dalam memilih
kata-kata/bahasa yang baik dan benar.
Jadi,mari kita berbicara dengan etika,dan Etika dalam
Berbicara..................
Senin pagi sembilanbelas maret duaribudelapanbelas