Friday, 16 June 2017

Benarkah Agama dan Adat kami itu Ada???




Dari sejak saya kecil dulu sampai sekarang,saya selalu  diajarkan oleh guru dan para tetua ,bahkan sampai pemuka agama bahwa kita harus mengasihi sesama manusia,mengasihi sesama itu berarti juga kita mencintai ciptaanNya yang paling sempurna.kita tidak boleh memusuhi,membenci apalagi menyakiti mereka,kita tidak boleh membeda-bedakan kasih sayang kita karena faktor agama,sukunya,jabatan dan kekayaanya,begitulah kata mereka kepada saya dan juga kepada orang yang seumuran dengan saya waktu itu.......
Setelah beranjak dewasa,karena saya tingal di daerah yang kental dengan Adat istiadat,perkataan yang hampir sama artinya saya juga dengan dengar dari para tokoh adat,orang yang dituakan di masyarakat,lewat umpasa dan umpasanya,yang intinya menjunjung tinggi harkat dan martabat seseorang,semua dalam suku kita adalah keturunan raja,jadi selayaknya diperlakukan sebagai seorang raja,saling menghormati,mengasihi,tidak boleh ada iri dan dengki serta dendam,jadikan adat sebagai perekat kasih diantara sesama....kira-kira begitulah yang sering mereka lantunkan....
Sungguh indah bila apa yang Agama ajarkan,dan yang Adat sajikan diterapkan dalam kehidupan nyata,pasti tidak ada lagi pertikaian,atau meskipun ada  permusuhan,hal itu pasti diselesaikan dengan penuh kasih,saling mengalah untuk kebaikan,saling berlomba untuk mendamaikan setiap perselisihan,bukankah setiap orang yang membawa damai itu,dikatakan anak-anak Tuhan?dan bukankah setiap yang mendamaikan itu layak disebut berasal dari keturunan raja?karena kita semua raja(raja do naro,raja nadidapothon?)sungguh sebuah gambaran kehidupan yang harmonis,indah,rukun dan damai
TETAPI......................................................................................................................................
Sebuah ironi yang mementahkan semua kotbah yang syahdu,jemaat yang ramai-ramai beribadah serta rangkaian kata-kata indah bersajak yang dilantunkan oleh tokoh-tokoh adat,nyata sudah didepan mata saya,ternyata apa yang mereka sampaikan dari mimbar ,yang mereka katakan di”amak tiar” adalah bohong.................Ajaran kasih yang kami dengar itu hanya teori saja,ajaran bahwa kami harus saling mengasihi sesama anak-anak raja hanya ibarat sebuah dongeng di negri antah berantah,dalam kenyataanya itu tidak ada,semua adalah .......ahhhhhhhh,malu saya.............Nyata sudah bahwa Perlakuan yang sebenarnya hanya untuk orang-orang tertentu,orang yang berpengaruh di masyarakat,orang yang punya jabatan,orang yang punya harta,orang yang pintar berbicara,orang yang harus masuk dalam perkumpulan paradaton(jika belum masuk,maka tidak usah diperlakukan adil),itulah kenyataan akhir-akhir ini dan sudah nyata saya lihat hari ini,sahabat saya yang meninggal karena tidak masuk kumpulan “paradaton” seakan-akan dikucilkan,tidak mereka pedulikan,seperti menutup mata kepada keluarga ini,(syukurlah masih ada beberapa orang yang tidak seperti mereka)...........ketika di DKI seorang Ahok dimusuhi karena perbedaan(beda SARA dan beda pilihan politik)sebagian dari kita marah,mengumpat,mengatakan bahwa ini tidak adil disebuah negara demokrasi,padahal kalau ditelisik lagi bahwa faktor perbedaan tadi “bisa dimaklumi” menjadi unsur pembenci..................tapi disini,kita ternyata lebih kejam dari mereka para pembenci Ahok,kita masih satu suku(suku Batak),satu kampung,satu nenek moyang,satu ini agama,satu halaman rumah...satu ini dan itu...kita sudah memperlakukan seseorang secara tidak adil,bahkan mengucilkan mereka dari kumpulan kita,sungguh kita memang kejam,kita tidak mengasihi mereka sebagaimana sering kita dengar tentang kasih,kita tidak menghargai mereka sebagaimana sering kita dengar bahwa kita semua”anak ni raja”,kita tidak menganggap mereka saudara dekat kita sebagaimana sering kita dengar bahwa kita “namarhahamaranggi”,kita tidak....dan tidak.........................
Mari kita hentikan kepura-puraan ini,mari kita hentikan sandiwara yang tidak ber-episode ini,saatnya kita mempraktekkan tentang apa yang baik yang kita dengar,yang mereka sampaikan disetiap kesempatan.hal sekecil apapun yang dapat kita perbuat jauh lebih bermakna dari rangkaian kata-kata panjang yang mereka lantunkan dengan umpama penutup “sahat-sahat ni solu.........”saat ini adalah saat yang butuh action,tindakan nyata,bukan sekedar kata-kata.Berkaca dengan jemaat di benua eropa sana,mereka tidak begitu aktif dalam kerohanian,tapi mereka bisa berlaku kepada sesama melebihi seorang rohaniawan,menghargai derajad orang lain,memperlakukan adil tanpa dibatasi embel-embel....ahhhhh mereka memang beda..........
Situasi ini tidak bisa kita biarkan terus menerus,kita seharusnya malu kepada anak-anak generasi muda ,kita selaku orangtua selalu ajarkan mereka tentang apa yang sudah orangtua ajarkan dulu kepada kita,tentang yang baik-baik,yang indah-indah,yang damai dan sejuk dan..........tapi kita berlaku sebaliknya di kehidupan nyata,sungguh sebuah ironi...............

No comments:

Post a Comment

Aku Bangga Menjadi Guru (sebuah refleksi diri)

Semua pekerjaan  yang halal sesungguhnya adalah profesi yang mulia. Dari sekian banyak profesi yang mulia tersebut profesi Guru adalah salah...