Monday, 30 January 2017

MENCARI SOSOK GURU IDEAL



MENCARI SOSOK GURU IDEAL
Guru ideal adalah dambaan peserta didik. Guru ideal adalah sosok guru yang mampu untuk menjadi panutan dan selalu memberikan keteladanan. Ilmunya seperti mata air yang tak pernah habis. Semakin diambil semakin jernih airnya. Mengalir bening dan menghilangkan rasa dahaga bagi siapa saja yang meminumnya.
Guru ideal adalah guru yang mengusai ilmunya dengan baik. Mampu menjelaskan dengan baik apa yang diajarkannya. Disukai oleh peserta didiknya karena cara mengajarnya yang enak didengar dan mudah dipahami. Ilmunya mengalir deras dan terus bersemi di hati para anak didiknya. Benarkah sosok itu ada? Lalu seperti apakah sosok guru ideal yang diperlukan saat ini?
Guru ideal yang diperlukan saat ini adalah pertama, guru yang memahami benar akan profesinya. Profesi guru adalah profesi yang mulia. Dia adalah sosok yang selalu memberi dengan tulus dan tak mengharapkan imbalan apapun, kecuali ridho dari Tuhan pemilik bumi. Falsafah hidupnya adalah tangan di atas lebih mulia daripada tangan di bawah. Hanya memberi tak harap kembali. Dia mendidik dengan hatinya. Kehadirannya dirindukan oleh peserta didiknya. Wajahnya selalu ceria, senang, dan selalu menerapkan 5S dalam kesehariannya (Salam, Sapa, Sopan, Senyum, dan Sabar).

Kedua, Guru yang ideal adalah guru yang rajin membaca dan menulis. Pengalaman mengatakan, siapa yang rajin membaca, maka ia akan kaya akan ilmu. Namun, bila kita malas membaca, maka kemiskinan ilmu akan terasa. Guru yang rajin membaca otaknya seperti komputer atau ibarat mesin pencari “Google” di internet. Bila ada peserta didiknya yang bertanya, memori otaknya langsung bekerja mencari dan menjawab pertanyaan para anak didiknya dengan cepat dan benar. Akan terlihat wawasan guru yang rajin membaca, dari cara bicara dan menyampaikan pengajarannya. Guru yang ideal adalah guru yang juga rajin menulis. Bila guru malas membaca, maka sudah bisa dipastikan dia akan malas pula untuk menulis. Menulis dan membaca adalah kepingan mata uang logam yang tidak dapat dipisahkan. Guru yang terbiasa membaca, maka ia akan terbiasa menulis, mengapa? Dari membaca itulah guru mampu membuat kesimpulan dari apa yang dibacanya, kemudian kesimpulan itu ia tuliskan kembali dalam gaya bahasanya sendiri. Menulis itu ibarat pisau yang kalau tidak sering diasah, maka akan tumpul dan berkarat. Guru yang rajin menulis, akan mempunyai kekuatan tulisan yang sangat tajam, layaknya sebilah pisau. Tulisannya sangat menyentuh hati, dan bermakna. Runut serta mudah dicerna bagi siapa saja yang membacanya.
Ketiga, Guru yang ideal adalah guru yang sensitif terhadap waktu. Orang Barat mengatakan bahwa waktu adalah uang, time is money. Bagi guru waktu lebih dari uang dan bahkan bagaikan sebilah pedang tajam yang dapat membunuh siapa saja termasuk pemiliknya. Pedang yang tajam bisa berguna untuk membantu guru menghadapi hidup ini, namun bisa juga sebagai pembunuh dirinya sendiri. Bagi guru yang kurang memanfaatkan waktunya dengan baik, maka tidak akan banyak prestasi yang ia raih dalam hidupnya. Dia akan terbunuh oleh waktu yang ia sia-siakan. Karena itu guru harus sensitif terhadap waktu. Detik demi detik waktunya teratur dan terjaga dari sesuatu yang kurang baik serta sangat berharga. Saat kita menganggap waktu tidak berharga, maka waktu akan menjadikan kita manusia tidak berharga. Demikian pula saat kita memuliakan waktu, maka waktu akan menjadikan kita orang mulia. Karena itu, kualitas seseorang terlihat dari cara ia memperlakukan waktu dengan baik.
Keempat, Guru yang ideal adalah guru yang kreatif dan inovatif. Merasa sudah berpengalaman membuat guru menjadi kurang kreatif. Guru malas mencoba sesuatu yang baru dalam pembelajarannya. Dia merasa sudah cukup. Tidak ada upaya untuk menciptakan sesuatu yang baru dari pembelajarannya. Dari tahun ke tahun gaya mengajarnya itu-itu saja. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuatpun dari tahun ke tahun sama, hanya sekedar copy and paste tanggal dan tahun saja. RPP tinggal menyalin dari kurikulum yang dibuat oleh pemerintah atau menyontek dari guru lainnya. Guru menjadi tidak kreatif. Proses kreatif menjadi tidak jalan. Untuk melakukan suatu proses kreatif dibutuhkan kemauan untuk melakukan inovasi yang terus menerus, tiada henti.Guru yang kreatif adalah guru yang selalu bertanya pada dirnya sendiri. Apakah dia sudah menjadi guru yang baik? Apakah dia sudah mendidik dengan benar? Apakah anak didiknya mengerti tentang apa yang dia sampaikan? Dia selalu memperbaiki diri. Dia selalu merasa kurang dalam proses pembelajarannya. Dia tidak pernah puas dengan apa yang dia lakukan. Selalu ada inovasi baru yang dia ciptakan dalam proses pembelajarannya. Dia selalu memperbaiki proses pembelajarannya melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dia selalu belajar sesuatu yang baru, dan merasa tertarik untuk membenahi cara mengajarnya. Dia senantiasa belajar sepanjang hayat hidupnya.
Terakhir, Guru yang ideal adalah guru yang memiliki 5 kecerdasan. Kecerdasan yang dimiliki terpancar jelas dari karakter dan prilakunya sehari-hari. Baik ketika mengajar, ataupun dalam hidup ditengah-tengah masyarakat. Kelima kecerdasan itu adalah: kecerdasan intelektual, kecerdasan moral, kecerdasan sosial, kecerdasan emosional, kecerdasan motorik. Kecerdasan intelektual harus diimbangi dengan kecerdasan moral, Mengapa? Bila kecerdasan intelektual tidak diimbangi dengan kecerdasan moral akan menghasilkan peserta didik yang hanya mementingkan keberhasilan ketimbang proses, segala cara dianggap halal, yang penting target tercapai semaksimal mungkin. Inilah yang terjadi pada masyarakat kita sehingga kasus korupsi merajalela di kalangan orang terdidik. Karena itu kecerdasan moral akan mengawal kecerdasan intelektual sehingga akan mampu berlaku jujur dalam situasi apapun. Jujur bukanlah kebijakan yang terbaik, tetapi jujur adalah satu-satunya kebijakan. Kejujuran adalah kunci keberhasilan dan kesuksesan. Selain itu kecerdasan sosial juga harus dimiliki oleh guru ideal agar tidak egois, dan tidak memperdulikan orang lain. Dia harus mampu bekerjasama dengan karakter orang lain yang berbeda. Kecerdasan emosional harus ditumbuhkan agar guru tidak gampang marah, tersinggung, dan mudah melecehkan orang lain. Sedangkan kecerdasan motorik diperlukan agar guru mampu melakukan mobilitas tinggi sehingga mampu bersaing dalam memperoleh hasil yang maksimal.

Sunday, 29 January 2017

Confusing Words dalam bahasa inggris



Ada beberapa kelompok kata dalam Bahasa Inggris yang tergolong bukan sinonim, bukan homonim atau homofon. Tetapi kata-kata ini memiliki bunyi dan bentuk penulisan yang hampir mirp. Sehingga sering membingungkan pengguna Bahasa Inggris ketika terlibat dalam sebuah percakapan.


Berikut ini saya postingkan beberapa kalimat yang tergolong kalimat yang membingungkan / confusing words, dan akan saya postingkan secara bertahap karena jumlahnya yang cukup banyak.

Dalam contoh no 1, ada 3 kalimat yaitu Accent, Ascent, dan Assent. Lihat bahwa ketiga kalimat ini bukanlah sinonim karena tidak mempunyai arti yang  sama. Bukan juga homonim, homofon atau homograf. Pelajari kalimat-kalimat ini, akan sangat membantu ketika kamu sedang melakukan percakapan.

No
Bahasa Inggris
Bahasa Indonesia
1
Accent
Logat

Ascent
Pendakian

Assent
Persetujuan



2
Accept
Menerima

Except
Kecuali



3
Adapt
Membiasakan; menyesuaikan

Adopt
Mengangkat



4
Advice
Nasihat

Advise
Menasehati



5
Affect
Mempengaruhi

Effect
Akibat



6
All ready
Semuanya siap

Already
Sudah; telah



7
All together
Bersama-sama

Altogether
Semuanya



8
Allowed
Mengijinkan

Aloud
Dengan keras



9
Altar
Altar

Alter
Merubah



10
Always
Selalu

All ways
Semua cara



11
At last
Akhirnya

At least
Sekurang-kurangnya



12
Bare
Membuka; memperlihatkan

Bear
Menahan, memikul



13
Beside
Di samping

Besides
Lagi pula; tambahan






14
Break
Memecahkan

Brake
Rem






15
Breath
Nafas




Breathe
Menghirup






16
Canal
Terusan; kanal

Channel
Saluran






17
Ceremonius
Penuh dengan upacara




Ceremonial
Berhubungan dengan upacara






18
Civic
Kewarganegaraan

Civil
Sipil






19
Coarse
Kasar




Course
Kursus






20
Complainant
Pengadu

Complaint
Keluhan






21
Complement
Perelengkapan




Compliment
Salam






22
Consience
Kata hati; bawah sadar

Conscientious
Berhati-hati




Conscious
Sadar






23
Constituent
Pemilih

Constitution
Undang-undang dasar






24
Council
Dewan




Counsel
Nasehat; pengacara

Consul
Konsul






25
Currant
Kismis




Current
Arus



26
Decease
Kematian

Disease
Penyakit



27
Deprecate
Mengutuk

Depreciate
Menurun



28
Desert
Padang pasir

Desssert
Makanan pencuci mulut



29
Die
Meninggal

Dye
Mencelup



30
Dual
Ganda

Duel
Pertang tanding



31
Elicit
Mendatangkan

Illicit
Gelap



32
Eligible
Memenuhi syarat

Illegible
Tidak terbaca



33
Emigrant
Emigran

Immigrant
Pendatang; imigran



34
Eminent
Ulung

Imminent
Dekat

Immanent
Tetap ada



35
Ensure
Menjamin

Insure
Mengasuransikan



36
Faint
Pingsan

Feint
Gerakan seolah-olah



37
Fair
Pekan raya; adil

Fare
Ongkos / biaya perjalanan



38
Flaunt
Berlagak

Flout
Mencemoohkan



39
Formally
Dengan resmi

Formerly
Dahulu; sebelumnya



40
Glance
Melihat sekilas

Glimpse
Memandang sepintas lalu






Aku Bangga Menjadi Guru (sebuah refleksi diri)

Semua pekerjaan  yang halal sesungguhnya adalah profesi yang mulia. Dari sekian banyak profesi yang mulia tersebut profesi Guru adalah salah...